Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2019

Mengapa aku menulis?

Pertanyaan ini sengaja aku lontarkan kembali pada diriku, untuk meneguhkan hatiku mulai rajin menulis. Aku menulis untuk menumpahkan isi pikiranku selama ini, menumpahkan segala kegelisahan yang terpendam dalam pikiran. Karena tak semua isi hati dan pikiran mampu aku ungkapkan kepada orang lain. Aku menulis untuk merekam perjalanan hidupku, meninggalkan jejak momen demi momen yang kualami. Mau meninggalkan jejak? Bagaimana caranya merekam perasaan kita? Ya harus terbiasa merasakan dan merekam setiap momen. Harus rutin setiap hari paksa tulis satu kata. Gak perlu panjang-panjang dul. Tulisa aja minimal satu kata perhari. Terus tulis opini dan pikiran kita dari satu kata terebut. Dengan begitu kita akan terlatih peka. Dan yang paling penting menjadi mengenal tentang cara diri ini berpikir dan merasa. Mengenal diri sendiri kemudian bisa tahu apa yang kita mau. Kemudian kita bisa menjadi nyaman dengan diri kita saat ini. Menjadi jujur kepada diri sendiri itu tidak mudah. Kita sering be...

Real Money

Prinsip nomor satu tentang uang yang paling benar, adalah mengeti dulu kalo uang itu bukan benda, uang adalah nominal. Dan jangan pernah menaruh perasaan pada nominal. Jangan terlalu menggapnya besar, dan jangan menganggapnya kecil. Setiap nominal punya besar atau kecil punya peran yang berbeda. Nominal kecil yang dikumpulkan tiap detik bisa berharga, ebgitu pun sebaliknya nominal besar yang dikontrol oleh pikiran yang jahat/dangkal akan sia-sia. Kalo nominal rekeningmu sedikit jangan sedih, karena sewaktu waktu (dengan kepintaran yang kamu punya) bisa jadi besar. Kalo nominal besar diikuti dengan perasaan megah, bisa habis dalam seketika. Hilangkan perasaan dan lakukan apa yang kita piker perlu untuk lakukan. Kalo kita alokasikan sebagian untuk sedekah, sedekahkanlah. Begitupun dengan ide-ide tentang alokasi yang direncanakan sebelumnya. Juga sering-seringlah mengeluarkan nominal pada sesuatu yang dapat memberikan timbal balik nominal kepada kita, berapapun kalo rutin pasti akan men...

HER (1)

Awalnya ku mendekat, kau mendekat. kau terlihat mudah tuk kugapai. Namun setelah dekat, aku lihat kau jelas, kau lihat aku samar. Dan kau takut melihat diriku yang samar, karena serba tidak pasti. Tenang saja, kukatakan padamu, kepastian kan segera kutawarkan. Kepada dirimu satu-satunya. Aku tidak lama bermain disini, hanyalah batu pijakanku untuk bisa meloncat lebih tinggi.  Supaya kamu yang kini tidak dekat menjadi dekat, supaya segala kesamaran bisa menjadi jelas. Dan setelah semuanya jelas, kita dapat bersama, tak ada yang ditutupi, tidak ada keambiguan yang dapat menjadi batu sandungan hubungan kita.  Aku mau – dan kuyakin maumu juga – hubungan ini berlandaskan keterbukaan dan kejujuran.  Karena kita muak dengan segala bentuk kebohongan dan kemunafikan. Kita sama, hanya kita belum sadar.

Perspektif Baru dalam Bercerita

Nowadays, orang-orang harus bercerita tentang pengalaman nya melalui media sosial And it is a good thing. Bukan pamer. Telling story means sharing. Ini sama aja kayak lu membagikan pemikiran dan ide dalam media, kalo jaman dulu mungkin sebatas kolom pembaca atau opini dalam Koran. Kemudian ada yang namanya blog pribadi (diari online), orang jadi sharing pemikiran dan pengalamannya lewat tulisan yang lebih private, dan bisa mempublikasikannya dalam dunia maya secara bebas. Kemudian muncul blog masal dan media social, seperti facebook, twitter, instagram, dan lain-lain. Semakin luas, bebas, dan tak terbatas pada hanya dalam bentuk tulisan, tapi masing-masing menawarkan keunggulan. Dan yang unggul untuk saat ini ternyata, adalah yang memiliki cara atau fokus dalam memberikan konteks pada cara berbagi, yaitu instagram, membuat kita untuk lebih bercerita melalui gambar. Dan ternyata memang lebih banyak disukai, itu karena gambar lebih berbicara banyak dibandingkan dengan beribu-ribu kata. D...